Yap, sebagai seseorang yang menyandang sebutan baru (istri), saya harus mampu menjawab pertanyaan tersebut setiap harinya. Sejak menikah, atau lebih tepatnya, sejak pindah hidup ke Aussie, saya dan suami mau tidak mau harus bisa survive di kehidupan perdapuran. Untuk tetap menjaga kehalalan makanan apa yang kami makan dan yang paling penting adalah “ngirit”, kami memang selalu memasak sendiri dibandingkan dengan jajan di luar. Namun, di balik usaha tersebut pastilah ada konsekuensinya. Kami harus pintar memutar otak untuk tetap memasak makanan yang enak dan gak mbosenin mengingat bahan makanan disini yang terbatas. Belum lagi jika kami berdua sudah menjalani kehidupan perkuliahan yang hari-harinya selalu dipenuhi dengan tumpukan tugas. Sarapan bisa akan terangkap dengan makan siang, makan siang bisa terangkap dengan makan malam, hingga bisa ada makan tengah malam larut karena laparnya melek bikin tugas. Begitulah kehidupan perkuliahan kami yang begitu jahat hehe.
Sisi alhamdulillah-nya adalah suami saya bisa memasak! (Yeay) Dengan begitu, ketika saya begitu stres dan mual dengan tugas saya, peran saya di dapur bisa digantikan oleh suami saya walaupun suami saya belum bisa memasak sayur-sayuran.
Di masa summer holiday yang akan habis seminggu lagi ini, saya sedang mencoba untuk selalu memasakkan suami dan bereksperimen dengan menu-menu baru walaupun menggunakan bahan makanan yang itu-itu saja seperti kemarin. Mengingat suami yang tidak terlalu suka dengan sayur dan cuman demen sama daging ayam, saya juga harus pintar “memanipulasi” masakan yang notabennya ada sayurnya tapi suami bisa tetep mau makan. Contohnya saja memasak tumis brokoli saos tiram bisa ditambahkan dengan ayam, begitu juga dengan tumis wortel atau buncis. Semua sayur diakali dengan menggunakan ayam hehe. Disinilah saya bisa sedikit bahagia melihat positive thing yang bisa saya lakukan ke suami sejak kami menikah.
Tidak pintar memasak sebelum menikah bukanlah halangan untuk tetap bisa menyediakan makanan enak setiap harinya ke keluarga kita kelak. Karena di situasi seperti itu telah terselipkan “urgensi” yang tidak bisa kita duga-duga sebelum mengalaminya. Intinya adalah belajar dan terus mencoba. Saya sekarang juga jadi sering buka website-website berisi resep, akun-akun instagram yang isinya resep, hingga instal aplikasi yang menyediakan video-video memasak. Semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah jeri payah perjuangan saya untuk menjadi istri yang baik dan calon ibu bagi anak-anak saya nantinya. Last but not least, semoga saya selalu dijauhkan dari mengenal lelahnya memasak dan bosannya melakukan kegiatan di dapur, aamiin
No comments:
Post a Comment