Thursday, 28 February 2019

Senam Hamil di RSIA Sadewa

Awal bertemu dengan dokter Ayu, dokter kandungan saya di RSIA Sadewa, beliau menyarankan untuk mengikuti senam hamil. Jadilah saya mencaritahu berbagai rumah sakit yang menyediakan senam hamil di Jogja. Selain RSIA Sadewa, ternyata lumayan banyak rumah sakit yang menyediakan. Ada di RS Happyland, RS Queen Latifa, JIH, dan ada juga semacam medical centre gitu. Kemudian setelah baca review-review dari orang, saya memutuskan untuk senam di RSIA Sadewa saja. Selain bertempat di rumah sakit yang sama dengan dokter kandungan saya, review-reviewnya pun mengatakan bahwa senam hamilnya bagus.

Di umur kandungan saya yang menginjak sekitar 32 minggu, saya mulai mengikuti senam hamil di Sadewa. Jadwal senam hamil di Sadewa bisa dilihat di website resminya. Terdapat 3 sesi. Ada hari Rabu sore, Minggu pagi dan juga Minggu sore. Untuk senam pagi biasanya jam 8, sedangkan senam sore biasanya jam 3. Pemandu senam hamil di Sadewa merupakan seorang bidan disana. Namun, ada dua bidan yang memandu. Satu bidan memandu senam di sesi Rabu sore dan Minggu pagi, sedangkan satunya memandu di Minggu sore.

Saya pertama kali datang senam itu di sesi Rabu sore. Saya sempat tanya-tanya dulu sesampainya di Sadewa bagaimana prosedur mengikuti senam hamil. Ternyata saya harus membayar administrasi dulu sebesar Rp. 15.000,- untuk setiap pertemuannya di loket kasir. Setelah itu saya diberi secarik kertas berisi nama dan nominal pembayaran. Selanjutnya saya bergegas ke lantai dua menuju ruang senam hamilnya. Ruang ini juga merangkap sebagai ruang laktasi mengingat ruangan ini dekat dengan poli anak.

Okay, awal datang itu saya ditanyain peserta lama atau baru oleh mbak bidannya. Biasanya peserta lama akan berbaris di deretan belakang dan peserta baru harus menempatkan diri di barisan paling depan. Ini bertujuan agar ketika mbak bidannya menjelaskan, peserta barunya bisa lebih mudah paham dan selalu mendengarkan.

Namun sebelum senam mulai, peserta baru harus melewati beberapa ‘ritual’ (sebutan dari mbak bidannya) dulu. Yang pertama, saya harus mengambil matras merah dan bantalnya untuk ditaruh di barisan paling depan dan menaruh tas saya disitu sebagai tanda kalau matras itu sudah ada empunya. Yang kedua, saya harus ke depan menghadap mbak bidannya sambil membawa handphone saya. Yang ketiga, saya harus mengambil secarik kertas yang telah disediakan untuk  mengisi identitas. Isiannya seperti nama, alamat, no hp, kehamilan ke berapa, pernah keguguran atau tidak, hari pertama haid terakhir, hari prediksi kelahiran, dan juga umur kandungan saat itu. Nah, untuk mengetahui umur kandungan ini, mbak bidannya meminta kita untuk menghitungnya dari hpht kita dengan menggunakan kalender yang ada handphone kita. Nah jadi ketahuan kan yah kenapa kita harus bawa handphone kedepan.

Karena saya sudah mengetahui hpht saya itu hari Selasa, maka saya sudah membiasakan  untuk menghitung umur kandungan saya jika menginjak hari Selasa. Jadi ketika saya diminta untuk menghitung seperti itu, alhamdulillah saya bisa lancar menjawabnya. Soalnya dari cerita orang-orang yang memberikan review di blognya mengatakan bahwa mbak bidan yang ini rada strict dan galak bagi peserta baru. Tapi karena orangnya jago dan pintar memandu senamnya makanya bisa dapat review yang bagus hehe.

Selanjutnya, setelah saya ‘lolos’ untuk menghitung umur kandungan, saya antri untuk pengecekan tekanan darah dan pengecekan kepala janin oleh mbak bidan. Hasil dari pengecekan inilah yang nantinya akan dituliskan di balik kertas identitas tadi. Jadi history pengecekan saat senam hamil kita akan terekam. Sambil antri, saya menulis absen dulu di buku absen. Isinya berupa nama, alamat, no hp, kehamilan keberapa, pernah keguguran atau tidak.

Kalau sudah menjadi peserta lama, ritual ini saja yang diikuti. Datang ke ruang senam, kemudian mengambil matras dan bantalnya dan langsung menempatkan diri. Tidak lupa menaruh tas di atasnya. Kemudian ke depan mencari kertas identitas yang dimasukkan ke sebuah kantong berdasarkan bulan prediksi kelahiran dan langsung antri ke mbak bidan untuk pengecekan. Tak lupa juga sambil menulis absen. Sebelum pengecekan, kita juga harus menyerahkan kertas bukti pembayaran administrasi tadi ke mbak bidannya. Seselesainya pengecekan dan menulis absen, kita harus mengembalikan kartu identitas tadi ke kantong seperti semula dan mendapatkan snack. Membayar sebesar 15 ribu dan mendapatkan segudang ilmu ditambah dengan snack juga jadi terasa sangat murah bukan hehe.

Sebelum mulai senam, biasanya mbak bidannya akan bercerita panjang lebar mengenai seluk beluk kehamilan dan teknik senam yang akan diterapkan. Dan biasanya mbaknya akan fokus ke peserta baru karena peserta lamanya sudah sering mendengarkan bahasannya hehe. Awalnya para peserta baru diminta untuk latihan pernafasan panjang. Dan itu harus dengan gerakan yang benar. 

Senam dibagi menjadi tiga sesi. Semakin bertambah sesi, gerakannya akan semakin berat. Saya lupa berapa umur kandungan yang hanya boleh mengikuti sesi pertama. Karena umur kandungan saya sudah 32 minggu, saya diperbolehkan langsung mengikuti semua sesi. Pada intinya, semua gerakan merupakan pelatihan untuk pernafasan panjang. Pernafasan panjang ini akan sangat berguna untuk menghadapi proses melahirkan nantinya. Pernafasan selalu dimulai dengan menghirup udara panjang melewati hidung dan dihembuskan secara perlahan melalui mulut. 

Sambil melakukan pernafasan panjang, gerakan senam dilakukan untuk melatih otot-otot yang akan digunakan untuk melahirkan seperti otot panggul, otot kemaluan dan lain sebagainya. Selain itu, gerakan senam juga bermanfaat untuk mengurangi pegal-pegal yang sering dikeluhkan  oleh para ibu hamil. Ada juga gerakan senam yang membantu untuk memposisikan bayi yang belum benar posisinya seperti sungsang atau malah lurus horisontal. Ada juga gerakan senam yang membantu untuk menurunkan kepala bayi ke bawah panggul. Dan setelah mengikuti senam hamil ini, saya telah merasakan manfaatnya. Mulai dari berkurangnya pegal-pegal, keluhan badan kaku-kaku dan rasa engap yang sering datang tiba-tiba. 

Oh ya gerakan senam yang paling penting menurut saya adalah teknik mengejan. Iya, jadi kita diajari untuk mengejan saat melahirkan nantinya. Bagaimana posisi yang benar, letak tangan dan kaki seperti apa dan yang penting adalah bagaimana pernafasannya saat mengejan. Pokoknya mengikuti senam hamil di Sadewa begitu bermanfaat menurut saya hehe. 

Selain merasakan manfaat dari gerakan-gerakan senam tadi, saya juga mendapatkan segudang ilmu yang sangat impactful untuk membantu proses melahirkan saya. Untuk mempermudah membacanya, saya akan membuat beberapa pengetahuan yang saya dapatkan di senam hamil ini dan pengetahuan saya dari berbagai sumber di postingan selanjutnya yaa. 



Saturday, 23 February 2019

Mengatur Pola Makan Saat Hamil

Banyak ibu-ibu hamil yang kadang mengeluh menjadi bertambah gemuk saat hamil. Dan tidak sedikit juga kenaikan berat badan tersebut hanya berdampak di badan ibunya saja, di berat janinnya tidak. Nah, itu yang saya alami waktu hamil hingga trimester kedua. Tapi saya tidak ambil pusing jika saya harus bertambah gemuk. Yang terpenting kan janin saya sehat dan beratnya dalam range normal. Tapi sebenarnya sewaktu periksa di Canberra, ketika USG lebih tepatnya, saya hampir tidak pernah diberitahu perkiraan berat badan janin saya. Jadilah saya selalu santai untuk mengonsumsi apapun khususnya dalam hal porsi dan kandungan makanan saya.

Hingga akhirnya saya periksa di Jogja, dan saya menjadi tahu berapa berat badan janin saya. Di pertemuan pertama, dokter Ayu menyatakan berat badan janin normal. Pertahankan saja kata beliau. Namun, di pertemuan kedua, ternyata berat badan janin saya melonjak naik. Tidak heran sih memang, karena di pertemuan pertama itu waktunya sebelum lebaran tiba dan pertemuan kedua terjadi setelah lebaran. Dan setelah lebaran itu banyak acara makan-makan yang tidak bisa terelekkan mengingat saya sudah sangat kangen dengan masakan Indonesia sejak hamil di Canberra. Jadilah berat badan saya naik, berat badan janin pun ikut naik secara signifikan. 

Sisi positifnya, saya menyimpulkan kinerja plasenta saya sangat baik melihat kenaikan berat badan janin saya waktu itu hehehe. Soalnya tidak sedikit juga ibu hamil yang berjuang menaikkan berat badan janinnya karena kinerja plasenta yang kurang baik dan ada juga ibu hamil yang baru makan sedikit saja, berat badan janin menjadi cepat naik. Jadi apapun itu harus selalu disyukuri dulu.

Okay, setelah hari pemeriksaan itu, saya mulai diminta untuk mengatur pola makan saya. Sebelumnya, saya selalu makan nasi putih dengan lauk atau mie di setiap sesi makan saya. Pokoknya harus kenyang. Karena saya menjadi orang yang sangat cepat lapar waktu hamil. Selain itu, di trimester ketiga, saya menjadi sangat tergoda dengan makanan-makanan yang manis. Apapun itu. Entah donat, putu, roti-rotian basah atau kering yang manis, hingga minuman-minuman yang manis. Jadilah saya sangat berjuang waktu itu untuk menahan segala keinginan ngemil yang manis-manis.

Dokter Ayu mengatakan bahwa tidak perlu untuk menghindari nasi. Tetap bisa makan nasi, tapi porsinya kecil. Inti dari mengatur pola makan ini adalah mengurangi asupan gula dan garam. Sebagai penggantinya, saya harus makan sayur yang banyak. Konsumsi buah pun juga dibatasi karena buah tetap mengandung gula. Apalagi susu hamil. Hanya bertahan beberapa hari saja saya minum susu hamil. Selain mengandung gula tinggi, rasanya juga tidak cocok dengan lidah saya hehe.

Jika di waktu luang merasakan lapar, saya selalu siap sedia roti tawar gandum. Karena cepat bosan, saya juga pernah gonta-ganti varian seperti roti tawar kismis, roti tawar keju atau roti tawar lainnya. Porsi saat makan roti pun juga saya batasi. Jadi sekali makan tidak langsung habis satu lembar. Separo separo dulu setiap jamnya.

Untuk minuman, tetap yang dibanyakin adalah air putih. Jika sedang ada keinginan minum yang berasa, saya akan minum teh tawar. Saat jajan di luar rumah pun, saya juga akan selalu pesan teh tawar untuk minum. Oh ya untuk konsumsi es dan makanan pedas juga saya batasi. Walaupun konsumsi es tidak berpengaruh terhadap berat badan janin, sebisa mungkin tetap saya hindari semata-mata untuk menjaga kesehatan. Agar tidak pilek atau flu misalnya. Begitupun membatasi makanan pedas untuk menghindari terkena diare atau naiknya asam lambung. 

Saya menjalani pola makan tersebut hingga akhirnya bertemu dengan dokter Ayu lagi. Saat pemeriksaan, ternyata berat badan saya turun dan berat badan janin saya ikutan turun. Whaa ini gegara saya diet ketat atau bagaimana. Atau dulu pengukuran berat badan janinnya kurang pas. Saya pun bertanya-tanya sendiri. Tapi apapun dan berapapun itu, yang penting berat badan janinnya dalam range normal dan semua sehat. Alhamdulillaah.. 

Sejak pertemuan itu, saya masih menjalani diet tapi lebih santai hehe. Masih mengurangi makan manis tapi tidak seketat yang kemarin. Tetap makan nasi dan saat jajan di luar rumah dapat menghabiskan satu porsi sendiri tanpa diberikan ke suami hehe. 

Kadang mengatur pola makan saat hamil ini membuat stres juga mengingat keinginan makan maupun ngemil yang tinggi. Tapi jika berhasil, hal ini akan membawa dampak positif kedepannya. Terlebih saat proses melahirkan yang cenderung akan lebih mudah jika berat badan janin yang tidak terlalu besar. Selain itu juga berat badan ibu yang lebih muda bisa dikembalikan seperti semula seperti sebelum hamil. Jadi mengatur pola makan saat hamil itu sangat penting yaa..

Buat ibu-ibu hamil di luar sana, selamat berjuang yaa! Semoga calon bayi dan ibu semuanya sehat-sehat

Friday, 22 February 2019

Pemeriksaan Kehamilan di Jogja (RSIA Sadewa)

((Bismillah saya akan membiasakan untuk menulis satu konten setiap harinya.. doakan sayaa..))

Okay, setelah cerita di pertemuan terakhir dengan bidan di Canberra, akhirnya saya kembali di Indonesia. Untuk pemeriksaan kehamilan saya di Indonesia, atau di Jogja lebih tepatnya, saya sudah mencaritahu beberapa referensi dokter kandungan yang ada di Jogja. Mulai dari googling-googling, baca pengalaman orang-orang di blog, dan tanya-tanya ke kakak ipar yang sudah beberapa kali melahirkan. Dan akhirnys saya memutuskan untuk memilih dr. Ayu Wityasti, Sp OG. Kenapa? ya karena kakak ipar saya sudah berpengalaman dengan beliau dan katanya enak dan nyaman. Dan setelah googling-googling tentang dokter Ayu ini, saya menyimpulkan memang untuk memilih dokter kandungan adalah preferensi masing-masing. Banyak yang mengatakan merasa nyaman, dan banyak juga yang menyatakan jika beliau kurang sabar dsb. Jadi dengan mengucap bismillah, saya langsung saja memilih beliau untuk menjadi dokter kandungan saya waktu pulang ke Jogja.

Anyway, dokter Ayu ini awalnya praktek di Rumah Sakit Sakinah Idaman yang letaknya di Jalan Monjali. Kemudian entah kenapa, sekarang beliau berpindah ke Rumah Sakit Sadewa yang ada di Babarsari. Oleh karena itu, saya harus periksa ke Sadewa untuk bertemu dengan dokter Ayu. 

Seminggu sebelum kepulangan saya, saya sudah mendaftar online untuk periksa dengan dokter Ayu di Sadewa melalui website resminya. Jadilah di hari kedua setelah kedatangan saya di Jogja, saya pergi ke Sadewa untuk periksa kandungan. Karena saya baru pertama kali periksa disana, saya harus mengurus administrasi pendaftaran terlebih dahulu dengan mengisi formulir pendaftaran. Setelah selesai, saya diberikan semacam kartu identitas dan nomor antrian di poli kandungan. Kemudian, berkas saya langsung diberikan ke mbak-mbak yang mengurusi pendaftaran di poli kandungan. Sebelum dipanggil masuk, saya mendapatkan antrian lagi untuk pengecekan tekanan darah dan penimbangan berat badan. Selain itu, karena saya periksa untuk pertama kalinya, saya sempat diberikan beberapa pertanyaan seperti riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan buku rekam medis kehamilan saya. Namun, karena buku rekam medis saya berbahasa inggris, mbaknya tidak jadi menelitinya dan langsung mengatakan jika nanti langsung ditunjukkan kepada dokter Ayu saja. Hehe baiklah.

Oh ya btw di Sadewa ini, poli kandungannya ramai sekali, banyak pasangan muda maupun gak muda berjejer menunggu panggilan masuk periksa. Mungkin karena Sadewa ini sangat pro dengan masyarakat menengah ke bawah ya hehe. 

Okay, setelah masuk bertemu dengan dokter Ayu, kami berbincang cukup panjang. Mulai dari cerita pengalaman periksa kandungan di Canberra, tes-tes apa saja yang dilakukan disana hingga suplemen-suplemen apa yang diberikan sebelumnya. Semua berkas dari Calvary Hospital saya tunjukkan ke dokter Ayu. Tapi sepertinya berkasnya ya hanya dilihat-lihat saja sambil mengagumi betapa detail dan terstruktur pemeriksaan kandungan di luar negeri. Dan saya pun hanya mengiyakan sambil heha hehe. 

Sampai pada waktunya saya bercerita tentang hasil tes darah yang saya lakukan di Canberra. Saya bercerita jika saya disarankan oleh dokter disana untuk segera imunisasi rubella sesaat setelah melahirkan. Tapi ternyata jawaban dokter Ayu cukup disayangkan. Di Indonesia imunisasi rubella ini hanya tersedia untuk anak-anak dan tidak ada untuk orang dewasa. Whaaa.. batin saya rada kaget sebenarnya. Tapi memang ternyata, karena di Indonesia juga tidak terlalu diwajibkan untuk menjalani tes darah detail seperti yang saya lakukan dulu, jadilah ibu-ibu hamil di Indo juga tidak terlalu aware dengan hal-hal seperti ini. Padahal jika diingat ketika saya diberitahu GP saya harus waspada karena tidak ada antibodi rubella di tubuh saya, saya sungguh menjadi ketakutan. Hampir 3 bulan lamanya saya menjauhi public space dan hanya di rumah. Tapi ketika sampai di Jogja dan cerita panjang lebar tentang hal ini, dokternya bisa santai-santai saja menanggapinya hehehe.

Yap, setelah cerita panjang lebar, akhirnya saya di-USG. Daaan terkejutnya lagi (tapi masih dibatin dalam hati saja), monitor USG saat periksa waktu itu blur sekali jika dibandingkan waktu di Canberra :"). Namun oleh dokter Ayu, kami selalu diberitahu dimana letak plasenta, diukur berapa berat dan ditunjukkan beberapa bagian tubuh calon bayi kami. Walaupun blur, kami pulang dengan membawa hasil print-out dari USG tersebut. Sebelum pulang, saya juga konsultasi dengan suplemen apa saja yang harus saya tetap minum dan adakah suplemen tambahan lain yang harus saya minum. Dan ternyata saya harus ditambahi minum vitamin C dan minum susu ibu hamil setiap harinya. Kata dokter Ayu bisa vitamin C apa saja dan susu apa saja. Tapi seingat saya, hanya bertahan beberapa hari saja saya bisa minum susu ibu hamil. 

Setelah pertemuan pertama dengan dokter Ayu tersebut, saya diminta kembali 2 minggu lagi. Dan setelah 36 minggu umur kandungan, seminggu sekali. Sebenarnya ketika periksa tidak ada hal signifikan yang bisa diceritakan. Yang pasti ketika periksa akan dicek tekanan darah, ditimbang berat badan, ditanyakan mengenai keluhan yang dirasakan, USG, dan diukur berat janin dalam kandungan. Namun ada dua hal menarik yang saya ingin ceritakan di postingan selanjutnya yaitu cerita bagaimana saya mengontrol berat janin saya dan cerita pengalaman saya senam hamil di Sadewa. Jadi, tetap stay tuned ya! 



Thursday, 21 February 2019

Pemeriksaan Kehamilan dengan Bidan di Canberra (2)

Akhirnya saya kembali... Alhamdulillaah..

Terakhir saya bercerita, saya sedang menjalani pemeriksaan GTT. Alhamdulillah hasilnya baik semua, mulai dari fasting glucose, 60 minutes glucose hingga 120 minutes glucose. Selain hasil mengenai kandungan gula dalam darah saya, pemeriksaan lain seperti kandungan zat besi dan Hb juga dilakukan. Hasilnya menunjukkan jika tubuh saya kekurangan zat besi. Kata teman-teman memang wajar jika bisa kekurangan zat besi mengingat perkembangan janin dalam kandungan yang akan menyerap zat besi dalam jumlah banyak dari tubuh ibu. Jadilah saya diberikan suplemen zat besi (suplemen lagi...) yang harus diminum setiap harinya. 

Suplemen zat besi.
Singkat cerita, selama kami bertemu dengan bidan, kami melakukan berbagai pemeriksaan fisik maupun jiwa. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengukur panjang fundus, mengecek tekanan darah dan memperdengarkan suara detak jantung janin. Pemeriksaan jiwa dilakukan dengan mengisi berbagai formulir pertanyaan seperti EPDS yang sudah pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Selain EPDS, terdapat form yang bernama Perinatal PsychoSocial Assessment (PPSA). Sebenarnya isinya juga mirip-mirip dengan EPDS, tapi PPSA ini lebih berkaitan dengan hubungan kita dengan orang lain terlebih orang terdekat kita seperti pasangan dan keluarga. Dengan menggunakan form ini, bidan dan rumah sakit bisa mengetahui apakah ibu hamil yang sedang ditangani ini merasa sehat secara kejiwaan. Dalam artian tidak mengalami depresi atau stres yang berlebihan yaa. Karena hal ini akan sangat berpengaruh dengan proses pemeriksaan selanjutnya dan saat proses melahirkan nanti. Lagi-lagi kami dibuat terheran-heran mengapa begitu detail pemeriksaan kehamilan disini. Tapi lagi-lagi juga kami mengucap syukur bisa diberikan kesempatan seperti ini hehe. 

Form PPSA.
Selain pemeriksaan kejiwaan, bidan juga mendiskusikan tentang berbagai hal dengan saya. Salah satunya adalah mengenai antenatal breastfeeding atau perihal menyusui. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh bidan. Berapa lama saya akan menyusui, apakah saya nyaman menyusui di depan orang lain, apakah saya didukung penuh oleh keluarga untuk menyusui hingga riwayat penyakit yang pernah dialami yang berkaitan langsung dengan kegiatan menyusui. Pertanyaan-pertanyaan mengenai perubahan payuda** pun didiskusikan bersama. Apakah bentuknya berubah ketika hamil, apakah putingnya semua menonjol atau tidak hingga riwayat penyakit berkenaan dengan payuda**. Btw, untuk menonjol atau tidak putingnya ini sangat penting untuk diketahui mengingat hal tersebut berpengaruh kepada latch-on saat besok menyusui. Dan, jika tidak menonjol proses menyusui pasti akan menjadi lebih sulit dan harus dicarikan solusinya. Kapan-kapan kita bahas tentang seluk beluk menyusui yaa hehe. 

Pada usia kandungan 20 minggu, saya melakukan pemeriksaan USG kembali. Ini adalah usg ketiga dan menjadi usg terakhir saya di Canberra. Kali ini, saya dirujuk oleh bidan untuk melakukan usg di rumah sakit yang sama tempat saya bertemu dengan bidan yaitu di Calvary Hospital. USG 20 minggu dilakukan untuk melihat anatomi dan morfologi dari janin dalam kandungan. Apakah semua bagian tubuh janin sudah terbentuk dan lengkap. Prosesnya pun lumayan lama karena dokternya memperlihatkan satu per satu bagian tubuh calon bayi kami hingga detail. Mulai dari jumlah jari tangannya, jari kakinya, perutnya, kepalanya, hingga penampakan wajahnya. Masyaa Allah sekali :").. Disini dokter juga memastikan dimanakah letak plasenta berada. Yang normal, plasenta akan berada di atas dan tidak menutupi jalan lahir bayi nantinya. 

Di pertemuan kedua terakhir dengan bidan, saya diberikan dua macam vaksin yaitu vaksin flu dan whooping cough. Kedua vaksin ini diberikan untuk ibu hamil mengingat saat itu adalah masa-masa datangnya musim winter. Oh ya, untuk vaksin flu ini sebenarnya bisa didapatkan gratis di ANU Health dengan menunjukkan student card saja. Namun, karena saya tidak mau ribet harus berpindah-pindah tempat, saya langsung ikut saja dengan rujukan dari bidan saya waktu itu. Jadilah saya harus merogoh kocek lagi untuk membayar kedua vaksin ini karena reimburse-nya hanya sedikit yang ter-cover. 

Selanjutnya, di pertemuan terakhir dengan bidan, sayangnya saya tidak berjumpa dengan bidan yang biasa saya temui karena sakit. Jadilah saya harus bertemu dengan bidan lain. Seperti biasa, pemeriksaan dasar pasti dilakukan. Selain itu, kami diberikan semua copy berkas-berkas pemeriksaan saya selama di rumah sakit itu untuk digunakan di Indonesia. Saya juga dirujuk ke dokter kandungan disana untuk keperluan permintaan surat ijin terbang yang mungkin akan ditanyakan saat flight saya ke Indonesia. Awalnya untuk surat ijin terbang ini saya dirujuk untuk minta ke GP saya. Namun karena pemeriksaan bersama bidan sebelumnya tidak pernah diberitahukan kepada GP, maka GP saya tidak berani untuk memberikan surat ijin terbang ini. Maka dari itu, saya dirujuk oleh bidan pengganti tadi untuk minta surat ijin ini kepada dokter di rumah sakit saja. 

Setelah pemeriksaan terakhir itu, saya sudah tidak melakukan pemeriksaan-pemeriksaan lagi di Canberra hingga back for good ke Indonesia. Cerita selanjutnya, saya akan menceritakan pemeriksaan kehamilan saya di Jogja yaa hehe..