Terakhir saya bercerita, saya sedang menjalani pemeriksaan GTT. Alhamdulillah hasilnya baik semua, mulai dari fasting glucose, 60 minutes glucose hingga 120 minutes glucose. Selain hasil mengenai kandungan gula dalam darah saya, pemeriksaan lain seperti kandungan zat besi dan Hb juga dilakukan. Hasilnya menunjukkan jika tubuh saya kekurangan zat besi. Kata teman-teman memang wajar jika bisa kekurangan zat besi mengingat perkembangan janin dalam kandungan yang akan menyerap zat besi dalam jumlah banyak dari tubuh ibu. Jadilah saya diberikan suplemen zat besi (suplemen lagi...) yang harus diminum setiap harinya.
Suplemen zat besi. |
Singkat cerita, selama kami bertemu dengan bidan, kami melakukan berbagai pemeriksaan fisik maupun jiwa. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengukur panjang fundus, mengecek tekanan darah dan memperdengarkan suara detak jantung janin. Pemeriksaan jiwa dilakukan dengan mengisi berbagai formulir pertanyaan seperti EPDS yang sudah pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Selain EPDS, terdapat form yang bernama Perinatal PsychoSocial Assessment (PPSA). Sebenarnya isinya juga mirip-mirip dengan EPDS, tapi PPSA ini lebih berkaitan dengan hubungan kita dengan orang lain terlebih orang terdekat kita seperti pasangan dan keluarga. Dengan menggunakan form ini, bidan dan rumah sakit bisa mengetahui apakah ibu hamil yang sedang ditangani ini merasa sehat secara kejiwaan. Dalam artian tidak mengalami depresi atau stres yang berlebihan yaa. Karena hal ini akan sangat berpengaruh dengan proses pemeriksaan selanjutnya dan saat proses melahirkan nanti. Lagi-lagi kami dibuat terheran-heran mengapa begitu detail pemeriksaan kehamilan disini. Tapi lagi-lagi juga kami mengucap syukur bisa diberikan kesempatan seperti ini hehe.
Form PPSA. |
Selain pemeriksaan kejiwaan, bidan juga mendiskusikan tentang berbagai hal dengan saya. Salah satunya adalah mengenai antenatal breastfeeding atau perihal menyusui. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh bidan. Berapa lama saya akan menyusui, apakah saya nyaman menyusui di depan orang lain, apakah saya didukung penuh oleh keluarga untuk menyusui hingga riwayat penyakit yang pernah dialami yang berkaitan langsung dengan kegiatan menyusui. Pertanyaan-pertanyaan mengenai perubahan payuda** pun didiskusikan bersama. Apakah bentuknya berubah ketika hamil, apakah putingnya semua menonjol atau tidak hingga riwayat penyakit berkenaan dengan payuda**. Btw, untuk menonjol atau tidak putingnya ini sangat penting untuk diketahui mengingat hal tersebut berpengaruh kepada latch-on saat besok menyusui. Dan, jika tidak menonjol proses menyusui pasti akan menjadi lebih sulit dan harus dicarikan solusinya. Kapan-kapan kita bahas tentang seluk beluk menyusui yaa hehe.
Pada usia kandungan 20 minggu, saya melakukan pemeriksaan USG kembali. Ini adalah usg ketiga dan menjadi usg terakhir saya di Canberra. Kali ini, saya dirujuk oleh bidan untuk melakukan usg di rumah sakit yang sama tempat saya bertemu dengan bidan yaitu di Calvary Hospital. USG 20 minggu dilakukan untuk melihat anatomi dan morfologi dari janin dalam kandungan. Apakah semua bagian tubuh janin sudah terbentuk dan lengkap. Prosesnya pun lumayan lama karena dokternya memperlihatkan satu per satu bagian tubuh calon bayi kami hingga detail. Mulai dari jumlah jari tangannya, jari kakinya, perutnya, kepalanya, hingga penampakan wajahnya. Masyaa Allah sekali :").. Disini dokter juga memastikan dimanakah letak plasenta berada. Yang normal, plasenta akan berada di atas dan tidak menutupi jalan lahir bayi nantinya.
Di pertemuan kedua terakhir dengan bidan, saya diberikan dua macam vaksin yaitu vaksin flu dan whooping cough. Kedua vaksin ini diberikan untuk ibu hamil mengingat saat itu adalah masa-masa datangnya musim winter. Oh ya, untuk vaksin flu ini sebenarnya bisa didapatkan gratis di ANU Health dengan menunjukkan student card saja. Namun, karena saya tidak mau ribet harus berpindah-pindah tempat, saya langsung ikut saja dengan rujukan dari bidan saya waktu itu. Jadilah saya harus merogoh kocek lagi untuk membayar kedua vaksin ini karena reimburse-nya hanya sedikit yang ter-cover.
Selanjutnya, di pertemuan terakhir dengan bidan, sayangnya saya tidak berjumpa dengan bidan yang biasa saya temui karena sakit. Jadilah saya harus bertemu dengan bidan lain. Seperti biasa, pemeriksaan dasar pasti dilakukan. Selain itu, kami diberikan semua copy berkas-berkas pemeriksaan saya selama di rumah sakit itu untuk digunakan di Indonesia. Saya juga dirujuk ke dokter kandungan disana untuk keperluan permintaan surat ijin terbang yang mungkin akan ditanyakan saat flight saya ke Indonesia. Awalnya untuk surat ijin terbang ini saya dirujuk untuk minta ke GP saya. Namun karena pemeriksaan bersama bidan sebelumnya tidak pernah diberitahukan kepada GP, maka GP saya tidak berani untuk memberikan surat ijin terbang ini. Maka dari itu, saya dirujuk oleh bidan pengganti tadi untuk minta surat ijin ini kepada dokter di rumah sakit saja.
Setelah pemeriksaan terakhir itu, saya sudah tidak melakukan pemeriksaan-pemeriksaan lagi di Canberra hingga back for good ke Indonesia. Cerita selanjutnya, saya akan menceritakan pemeriksaan kehamilan saya di Jogja yaa hehe..
No comments:
Post a Comment